Tidak selayaknya seorang muslim mengekor dan membebek tradisi orang kafir.Karena umat Islam adalah "ummatan wasatha" yang sebagian ahli tafsir mengartikan "Kaum yang tingkatannya berada di bawah para nabi, namun di atas semua umat yang ada."Maka selayaknya kita yang menjadi contoh, bukan yang mencontoh.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Janganlah kalian bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
( QS. Ali Imran : 139 ).
Ya, orang beriman itu tinggi dan mulia, meskipun sedikit sekali orang yang sepaham dengan mereka. Walaupun mereka minoritas, sekalipun mereka di tindas.Karena kemuliaan itu melekat pada Islam, iman dan takwanya.Bukan pada rupa, harta, status sosial atau banyak sedikitnya teman yang mendukungnya.Dengan ukuran inilah Islam menilai, dengan takaran ini pula para pendahulu kita di kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in menimbang.
Karena taat dan beriman,Bilal bin Rabah, yang tadinya seorang budak hitam dari Habsyi, kurus dan berambut keriting digelari Umar bin Khattab dengan sayyidina :
"Abu bakar pemimpin kita telah memerdekakan pemimpin kita juga (yakni Bilal)" ( HR. Bukhari ).
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mendengar suara terompah Bilal di jannah, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Muslim.Begitulah, dengan ketaatannya, Bilal dimuliakan oleh orang-orang shalih di dunia, diangkat derajatnya oleh Allah di akherat.
Ada juga Abdullah bin Mas'ud, sahabat Rasulullah yang berperawakan kecil, kurus, miskin, dan bukan keturunan bangsawan.Tapi memiliki kedudukan yang istimewa dan dipercaya Rasulullah dalam hal yang sifatnya privasi.Sehingga beliau dijuluki dengan shahibu sawaadi (sirri) Rasulullah.Umar pun mempercayakan beliau sebagai Gubernur di Kufah pada masa pemerintahannya.
Adapun kemuliaan di sisi Allah, Rasulullah bersabda :
"Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya (pada hari kiamat) lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud."
( HR. Ahmad, Thabrani ).
Demikianlah sedikit tentang kemuliaan orang yang taat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Walaupun para shahabat itu bukanlah dari orang yang berada, kaya ataupun terpandang tetapi perjuangan dan kecintaan terhadap Allah, Rasulullah dan Islam tidak diragukan lagi.
Sumber : Muhasabah
0 comments:
Post a Comment